ADGI | Asosiasi Desainer Grafis Indonesia
Pada bulan Juni 1980 diselenggarakan untuk pertama kali di Indonesia, pameran desain grafis oleh Gauri Nasution, Hanny Kardinata, dan Didit Chris. Geliat desain grafis semakin diperkuat dengan kesadaran untuk menyatukan kekuatan dalam sebuah wadah yang dibentuk pada September 1980 dengan nama IPGI (Ikatan Perancang Grafis Indonesia). Wadah ini menjadi cikal bakal terbentuknya ADGI hari ini.
Semakin berkembangnya kebutuhan dan peran desain grafis di Indonesia, pada 1994 IPGI mengadakan kongres nasional pertamanya yang menghasilkan kesepakatan merubah nama IPGI menjadi Adgi (Asosiasi Desainer Grafis Indonesia) sebagai salah satu usaha untuk lebih nyata dalam memajukan profesi desainer grafis.
Berbagai dinamika politik Indonesia dan kondisi internal mewarnai pasang-surut Adgi dalam usaha melayani, memajukan dan melindungi profesi desain grafis. Saat ini, sebagai Asosiasi yang resmi mewadahi profesi desainer grafis Indonesia, ADGI pun mengambil peran sebagai pendukung pemerintah dalam menyelenggarakan seluruh kebijakan khususnya yang berkaitan dengan bidang Ekonomi Kreatif.
ADGI menempatkan diri untuk selalu kritis melihat dan menganalisa keadaan agar dapat memahami dan melayani kebutuhan desainer grafis Indonesia dalam berproses dan berkarya.
Majunya industri desain grafis profesional Indonesia yang sehat, hanya dapat dicapai dengan kesadaran seluruh anggota ADGI untuk menyatukan visi yang sama dan saling berdampingan dengan pihak yang berkepentingan.
Ikatan yang kuat antar anggota ADGI menciptakan kondisi saling melindungi dan memastikan atmosfer yang nyaman untuk desainer dalam berproses dan berkarya.
Adgi memiliki visi untuk bersama-sama menciptakan dunia industri desain grafis Indonesia yang sehat dan membentuk identitas visual Indonesia yang kuat di dalam negeri dan di mata internasional.
Tiga komitmen dasar Adgi menjadikan acuan kegiatan untuk mencapai visi besar Adgi.
Adgi berkewajiban untuk (1) melayani desainer grafis Indonesia. Sejalan berkembangnya waktu berbagai dinamika terjadi dan menyesuaikan keadaan yang berubah, Adgi menempatkan diri untuk selalu kritis melihat dan menganalisa, agar selalu dapat memahami kebutuhan desainer grafis Indonesia dalam berproses dan berkarya.
Adgi percaya bahwa desainer grafis dalam berkarya tidak hanya mengenai keterampilan estetika semata. Dalam setiap proses penciptaan dibutuhkan berbagai tahapan yang mendalam, hal ini meliputi kekayaan intelektual desainer dan keterampilan penguasaan teknik dan material. Oleh karena itu Adgi berkewajiban untuk (2) melindungi tiap individu yang tergabung sebagai anggotanya untuk memastikan dapat berkarya dengan professional.
(3) Memajukan profesi desain grafis adalah sebuah keharusan. Pemahaman publik akan peran desain grafis yang semakin hari semakin baik harus didukung, agar tercapai penghargaan atas proses pemikiran karya desainer grafis. Dengan semakin majunya penghargaan masyarakat akan pentingnya peran desainer grafis maka secara langsung akan terbentuk sebuah industri desain grafis yang sehat bagi seluruh pihak. Majunya industri desain grafis Indonesia yang sehat hanya dapat dicapai dengan kesadaran bersama-sama seluruh anggota Adgi berdampingan dengan pihak-pihak yang berkepentingan, untuk menyatukan visi yang sama.
Dewan Penasihat Pusat 2023-2026
Rege Luhur Indrastudianto
Diaz Hendrassukma
Derrie Kleefstra
Dewan Penasihat Chapter 2023-2026
Wulan Pusponegoro
Rifqi Ansrulloh
Susunan Pengurus Pusat 2023-2026
KETUA UMUM
Ritchie Ned Hansel
SEKRETARIS JENDERAL
Muhammad Imaduddin
WAKIL KETUA DAN BENDAHARA
Cita Tahir
DIREKTUR PENGEMBANGAN BISNIS DAN KEMITRAAN
David Irianto
DIREKTUR RISET DAN EDUKASI
R.A Dita Saraswati
DIREKTUR KODE ETIK
Seto Adi Witonoyo
DIREKTUR KEANGGOTAAN
Edwin Fernando Tranggono
DIREKTUR STRATEGI HUMAS DAN KOMUNIKASI
Primo Rizky
KETUA
Ritter Willy Putra
TEAM
Cici Anindhita
KETUA
Theo Gennardy Putra
TEAM
Shani Nur Muhammad
KETUA
Dimas Fakruddin
TEAM
Fariz Rizky Wijaya
KETUA
Andriew Budiman
TEAM
Marvin Ade Santoso
KETUA
Aryo Pamungkas
TEAM
Isac Cesar Jalutama
Lathif Puspo
Aprilia Muktirina
Pondra Gilang
Rizky Wahyu Utomo